Sabtu, 28 Juni 2014
Pemilu 2014 ngeri- ngeri sedap
Pemilu 2014, Ngeri-ngeri Sedap
Posted by: lintasgayo.com in Opini, Terbaru March 26, 2014
Oleh : Susilawati*
PEMILU 2014 yang akan dilaksanakan dua kali yaitu Pemilu Legislatif pada tanggal 9 April 2014 yang akan memilih para anggota dewan legislatif dan Pemilu Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 yang akan memilih Presiden dan Wakil Presiden. Dapat digaris bawahi untuk Pemilu Legislatif hanya tinggal hitungan hari saja.
Tercium sudah wangi- wangian para elite politik di seluruh penjuru Negeri, mulai dari kampanye, pawai, hingga berbagai cara dilakukan demi menarik simpati publik, berharap berbuah manis dari mereka yang berperan sebagai penentu kemenangan para elite politik itu. Pun segenap elemen- elemen yang berperan dalam Pemilu (KPU, Bawaslu) sudah siap siaga menghadapi gemuruh badai atau gerimisnya Pemilu 2014 mendatang.
Berbagai gaya partai politik (parpol) menyusuri ruang publik, seperti melalui hal- hal yang berbau kemasyarakatan, mendatangkan manfaat juga untung, lewat baksos, sosialisasi oleh kader parpol yang memiliki kemampuan dalam bidang pendidikan melalui seminar, kajian- kajian Islam, atau bahkan para calon legislatif (Caleg) dari parpol itu pun turun langsung menemui masyarakat, baik itu secara individual maupun “door to door”.
Tak cukup itu, ada juga prinsip parpol dalam menanggapi persaingan dengan melakukan hal yang naïf, demi naiknya partai yang mereka geluti, seperti pencabutan baliho, spanduk, bendera partai lain yang terpampang di jalan raya atau di seputaran rumah warga.
Kejadian pada beberapa hari lalu adalah sebagai contoh yang naïf bagi publik, aksi dari salah satu parpol yang mencekam rakyat selintasan Aceh Tengah, Bener Meriah, mengusik akan menewaskan salah satu kader parpol akibat suatu masalah antar mereka. Masyarakat hanya mengerti lewat yang terlintas di kelopak mata dan telinganya, gaya para elite politik yang seperti itu seolah- olah mengatakan politik itu kejam, anarkis, hingga sanggup menerkam jiwa bahkan raga mereka. Tidakkah para elite politik itu tahu bahwa kemenangan mereka adalah upaya sebagai penggerak cita- cita rakyat, mensejahterakannya, bukan malah menyengsarakannya kelak. Hal yang demikian secara langsung dapat membuat masyarakat pesimis terhadap para kandidat yang akan mengusung mereka sebagai keterwakilannya untuk duduk di bangku kekuasaan. Padahal sesungguhnya mereka memiliki visi mensejahterakan rakyat, bukan malah sebaliknya.
Presiden SBY juga menegaskan dalam 13 instruksinya untuk Pemilu 2014 saat Pembukaan Rakornas Pemantapan Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD, di Jakarta Convention Center (JCC) 11 Februari 2014 lalu, yang salah satunya adalah: SBY meminta agar semua pihak turut serta mencegah kekerasan dan benturan massa kontestan Pemilu. Pimpinan politik dan elite politik, juga diminta untuk menjaga keamanan Pemilu, mencegah pernyataan dan tindakan yang bersifat provokatif. Cegah terjadinya conflict of interest, benturan kepentingan yang merugikan masyarakat dan Negara.
Segenap elite politik hendaknya mensinyalirkan apa yang ditegaskan oleh Kepala Negara itu, karna tujuan mengusungkan diri dalam kancah sebagai anggota dewan adalah upaya perbaikan Negeri semata, memperjuangkan hak rakyat, mensejahterakannya, bukan malah sebaliknya. Siapapun yang akan menduduki kursi legislatif kelak, rakyat hanya berharap perbaikan bagi Negeri ini umumnya dan mensejahterakan mereka khususnya. Sehingga apapun dan bagaimanapun diskripsi dari setiap parpol dalam mengasung partai juga kandidatnya yang mewakilkan rakyat, rakyat hanya ingin yang terbaik dan jauh lebih.
Wallahu’alam..
*Pengurus Himpunan Mahasiswa Bener Meriah- Sumatera Utara (HIMABEM- SU)/Pengurus Komisariat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) UISU, Medan
Di balik gempa Gayo
Dibalik Gempa (Gayo) Aceh Tengah-Bener Meriah
Posted by: lintasgayo.com in Opini, Terbaru July 10, 2013
Oleh: Susilawati*
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah sangat mudah bagi Allah.” (QS. 57: 22)
Desa Serempah pascagempa.(LGco-Susilawati)
Desa Serempah pascagempa.(LGco-Susilawati)
SELASA, 02 Juli 2013 pukul 14. 37 WIB , gempa bumi yang berkekuatan 6, 2 pada Skala Richter (SR) mengguncang dataran tinggi “Tanah Gayo” Aceh Tengah dan Bener Meriah, Provinsi Aceh. Gempa yang juga diiringi susulan pada pukul 20.55 WIB ini mengakibatkan ribuan rumah rusak, puluhan orang meninggal, dan ratusan orang luka- luka.(Antarnews)
Kepala Pusat data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, gempa berasal dari sesar aktif di daratan yang dikenal sebagai sesar Sumatera atau sesar Semangko. Sesar inilah yang memiliki 19 segmen dan membentang sejauh 1.900 Km dari Aceh hingga Lampung, melewati Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu. (National Geographic Indonesia).
Merujuk kembali pada firman- Nya di atas, semua terjadi atas kehendak-Nya. Ilmu manusia memang telah mampu menelusuri penyebab segala kejadian di bumi. Akan tetapi, itulah ayat Kauniyah Allah, gempa bumi, angin, badai, panas, hujan, sebagai ujian, cobaan, teguran tentang apa- apa yang telah diperbuat di bumi- Nya ini, ayat ini sangat bermanfaat bagi orang- orang yang mau berpikir, yang tatkala ayat Qur’ aniyah-Nya tak lagi menjadi bendungan, juga pedoman, hingga Allah tunjuki dengan ayat Kauniyah-Nya, berbicara dengan ciptaan- ciptaan-Nya.
Sebagaimana ayat tersebut di atas, bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan atas kehendak Allah, yang memang telah tertulis di dalam kitab- Nya Lauhul Mahfuzh. Setiap apapun yang terjadi meski dalam hal individu sudah terdefinisi atas kehendak Allah. Bukan suatu kemungkinan tatkala ALLAH masih memberikan kesempatan bagi sebagian manusia untuk membenahi diri dengan menimpakan bencana kepadanya. Merujuk pada firman-Nya:
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. (QS. An- Nisa: 79)
Penulis yang memang berdomisili di Tanah Gayo, tepatnya Bener Meriah, berkebetulan berstudy di Sumatera Utara, benar- benar telah merasakan gempa yang melanda Tanah Gayo tempat saya menetap ini. Yaa,,segala sesuatu yang terjadi memang atas kehendak Allah. Sehari sebelum gempa bumi melanda, saya telah beranjak menuju kampung halaman, hingga tepat pada Selasa (2/7/2013) itu saya juga ikut merasakan guncangannya.
Keberadaan saya di tanah kelahiran merupakan suatu rahmat bagi saya, dikarenakan keikutsertaan merasakan gempa bersama orang tua dan keluarga. Mungkin saja keberadaan saya di kampung halaman menyematkan kecemasan kepada keluarga yang tertimpa gempa saat berada di tanah rantauan. Benar, semuanya atas kehendak Allah.
Dahulu, di zaman Para Rasul, Allah pernah menimpakan bencana pada kaum Madyan, yakni kaumnya Nabi Syu’aib. Lantaran ketika berdakwah, Nabi Syu’aib menerima ejekan masyarakat yang tidak mau menerima ajarannya, karena mereka enggan meningggalkan sesembahan yang diwariskan dari nenek moyang kepada mereka. Nabi Syu’aib mengerti bahwa kaumnya telah ditutup hatinya. Ia berdoa kepada Allah agar diturunkan azab pada kaum Madyan. Allah mengabulkan doa Nabi Syu’aib dan menimpakan azab melalui beberapa tahap.A (8)
Kaum Madyan pada awalnya diberi siksa Allah melalui udara panas yang membakar kulit dan membuat dahaga. Saat itu, pohon dan bangunan tidak cukup untuk tempat berteduh mereka. Namun, Allah memberikan gumpalan awan gelap untuk kaum Madyan. Kaum Madyan pun menghampiri awan itu untuk berteduh sehingga mereka berdesak- desakan di bawah awan itu. Hingga semua penduduk terkumpul, Allah menurunkan petir dengan suaranya yang keras di atas mereka. Saat itu juga Allah menimpakan gempa bumi bagi mereka., menghancurkan kota dan Kaum Madyan.
Seminggu berlalu, berkisar hanya 15 detik saja Allah menghentakkan tangan-Nya, meluluh lantahkan tempat tinggal saudara kita di sana. Ya, memang Allah lah yang berkuasa. Tentunya tidak mensinergiskan bencana ini dengan bencana yang menimpa kaum Madyan di atas yang memang tergolong kaum yang notabene memiliki hati yang kian tertutup dengan kebenaran. Namun, berkaca pada apa yang telah menimpa mereka adalah cara kita dalam berbenah diri, melihat apa yang sedang menimpa kita saat ini.
Ini merupakan ujian yang Allah beri, bukankan setiap ujian dan cobaan yang diturunkan Allah terdapat beribu hikmah? Semoga ini menjadi alat untuk terus mengintrospeksi diri, berbenah diri menjadi hamba yang benar-benar hamba yang menjalankan perintah-Nya. Jangan salahkan orang lain, tapi salahkan diri sendiri, sudahkah merasa dekat dengan sang Pemilik Bumi? Menjalankan apa yang diwajibkan? Merasa semua yang terjadi pada diri adalah atas kehendak-Nya? Membuktikan bahwa label Aceh sebagai “Serambi Mekah” adalah benar? Sungguh memang hanya Allah yang mengetahui segala isi hati hamba-Nya.
Sekali lagi jangan salahkan orang lain, tapi diri sendiri, termasuk juga saya sendiri. Kini giliran mereka yang tertimpa, bukan mustahil esok atau nanti giliran kita yang akan tertimpa, karena sekali lagi, Allah lah yang menghendaki, sebagai pencipta dan pemilik bumi ini.
Allahummagfirlahu, semoga Allah mengampuni saudara yang telah wafat dalam bencana ini, juga sabar mengarungi hidup bagi saudara yang ditinggal pergi. Aamiin..Wallahualam..(susilawati391@ymail.com)
*Pengurus Himpunan Mahasiswa Bener Meriah- Sumatera Utara (HIMABEM- SU)/Pengurus Komisariat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) UISU, Medan
Langganan:
Postingan (Atom)